KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rakhmt dan hidayah-Nya sehingga proposal penelitian yng
berjudul “Penerapan Teori Brunner Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMP/MTs
terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah Bangun Datar” ini dapat diselesaikan.
Penyusunan proposal penelitian ini
diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada Fakultas Tarbiyah
Jurusan Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati
Cirebon.
Penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya proposal ini.
Penulis menyadari bhwa proposal ini tidak serta merta hadir tanpa bantuan dan
dukungandari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah diberikan menjadi
bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa
proposal ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangan diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal
ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih
baik lagi dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kuningan, 25 Mei 2012
Penulis,
Hera Herawati
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang Masalah
B. Identifikasi
Masalah
C. Pembatasan
Masalah
D. Rumusan
Masalah
E. Tujuan
penelitian
F. Manfaat
Penelitian
BAB
II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kerangka
teoritis
Teori Brunner
B. Kerangka
Berfikir
C. Hipotesis
Tindakan
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting
dan Karakteristik Penelitian
1. Tempat
dan Waktu Penelitian
2. Subyek
Penelitian
B. Prosedur
Penelitian
C. Jenis
Penelitian
D. Instrument
Penelitian
E. Teknik
pengolahan Data
F. Teknik
Pengumpulan Data
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan
manusia. Pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara meneyeluruh, salah satunya
dengan pendekatan materi dan strategi pembelajaran yang tidak hanya terarah dan
terfokus pada teori saja, tetapi dapat meningkatkan kemampuan yang ada pada
diri seseorang. Pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik. 2008:57). Sepanjang
perjalanannya proses pembelajaran tidak sepenuhnya mengalami kemajuan melainkan
ada kendala-kendala yang harus dihadapi, khususnya dalam memahami konsep suatu
materi terutama dalam pembelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang penting diajarkan pada peserta didik (siswa). Dalam pedoman
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
dijelaskan tujuan pengajaran matematika pada pendidikan dasar ( Depdiknas,
2006:8) antara lain agar siswa memahami konsep matematika secara luwes, akurat,
efesien, dan tepat serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya sendiri dalam pemecahan
masalah.
Matematika dikenal sebagai ilmu
pengetahuan yang abstrak, terstuktur, kritis, logis dan cermat. Siswa
menganggap bahwa matematika adalah ilmu yang sulit dipelajari dan membosankan
terlebih melihat hapalan rumus yang tampak rumit dan hitungan yang sulit.
Ditambah dengan pembelajaran yang kurang menyenangkan masih dipenuhi beragam
kegiatan yang verbalistik dan mekanis. Materi dan strategi pembelajaran tidak
terarah dan terfokus pada peningkatan kemampuan intelektual saja, sehingga
tidak mengherankan pembelajaran hapalan rumus dan hitungan angka-angka kurang
merangsang pemahaman siswa terhadap matematika secara efektif. Selain itu juga
siswa tidak dapat menganalisis dan memahami sebab akibat terjadinya sesuatu
serta sulit memecahkan masalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Akhirnya, mereka kurang kreatif menggunakan logika untuk memecahkan semuanya.
Dengan mencermati juga bahwa
di Mts Negeri Darma memiliki kualitas guru yang cukup tinggi ( 99% sarjana),
memiliki alat peraga matematika dan buku-buku yang cukup serta lingkungan
sekolah yang mendukung, maka dapat dipahami bahwa rendahnya hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa disebabkan karena belum diterapkannya model
pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara mandiri, dan dapat membangun
kemampuan dan pengetahuan secara bertahap dengan memanfaatkan lingkungan
belajar sebagai media pengajaran untuk meningkatkan pemahaman matematika
terutama pada pokok bahasan segi empat dan segi tiga.
Mengingat masalah di atas, sehingga
diperlukan strategi pembelajaran yang yang paling efektif dan efisien untuk
menciptakan pengalaman belajar yang baik. Namun perlu diingat bahwa tidak ada
satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan
situasi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama.
Dalam proposal ini lebih menekankan pada penerapan Teori Brunner. Adapun jenis
penelitian yang sesuai adalah penelitian tindakan kelas ini adalah deskriptif
kuantitatif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penerapan teori Brunner dalam pembelajaran
matematika dapat mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan/diberikan oleh guru.
2. Penerapan teori Brunner dalam
pembelajaran matematika merupakan metode yang tepat dalam menyelesaikan
soal-soal matematika.
3. Siswa MTsN Darma dalam menyelesaikan
soal cerita metematika, khususnya materi
bangun datar mengalami hambatan dalam:
a. Memahami makna setiap kalimat
yang ada dalam soal cerita.
b. Kurang mampu dalam merumuskan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
kurang bisa menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui
untuk menyelesaikan masalahnya.
c. Masih banyak yang belum memahami
konsep dari materi yang di ajarkan.
4. Penerapan teori Brunner dalam pembelajaran
matematika dapat memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.
C.
Pembatasan Masalah
Bertolak dari pemikiran di atas, maka tidak mungkin peneliti
dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang telah di identifikasi di atas
dalam satu kali penelitian. Hal ini disebabkn pada berbagai keterbatasan yang
ada pada diri peneliti, baik dari kemampuan meneliti, waktu, tenaga dan biaya
yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian tersebut. Oleh karena itu,
masalah dalam penelitian ini di batasi pada hal-hal berikut:
a. Penerapan teori Brunner dalam
pembelajaran matematika dapat mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan/diberikan oleh guru.
b. Penerapan teori Brunner dalam
pembelajaran matematika merupakan metode yang tepat dalam menyelesaikan
soal-soal matematika.
c. Penerapan teori Brunner dalam
pembelajaran matematika dapat memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.
D.
Rumusan Masalah
Atas dasar identifikasi penyebab masalah yang telah
diuraikan pada latar belakang di atas, maka masalah yang dihadapi adalah
sebagai berikut:
Apakah
penerapan Teori Brunner dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas
VII MTsN Darma terhadap konep bangun datar?
Bentuk tindakan pemecahan masalah
Untuk menjawab masalah tersebut di
atas, maka secara kolaboratif, bentuk tindakan untuk memecahkan masalahnya
adalah dengan diterapkannya Teori Brunner yang berbasis penemuan (inquiry).
Implementasi/penerapan model pembelajaran tersebut akan diteliti secara
kolaboratif melalui Penilitian Tindakan Kelas. Kolaboratif di lakukan oleh
peneliti dengan dibantu guru pelajaran matematika yang lain.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian
yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian tindakan berbasis kelas yang
akan dilaksanakan ini memiliki tujuan untuk:
a. Untuk meningkatkan pemahaman siswa
melalui penerapan Teori Brunner berbasis Inquiry pada pembelajaran matematika.
b. Untuk mengetahui sejauh mana
penerapan teori Brunner dapat mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan oleh guru.
c.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemahaman
konsep dalam pembelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini
dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Dapat membentuk dan mengembangkan
“sel-consept” pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep
dasar .
b. Mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
c. Mendorong siswa untuk belajar
intuitif dan merumuskan hipotesis sendiri.
d. Situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang.
2.
Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi penulis, dapat memperoleh
pengalaman langsung dalam menerapkan teori Brunner yang berbasis inquiry dalam
pembelajaran matematika.
b. Bagi guru matematika, dapat
digunakan sebagai masukan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa khususnya guru kelas VIII.
c. Bagi siswa terutama sebagai subjek
penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih
bervariasi dan menarik, kreatif, aktif, efektif dalam pembelajaran matematika.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A.
KERANGKA TEORI
1.
TEORI BELAJAR BRUNNER
Teori
belajar Brunner sebagaimana yang dikutip oleh Muhibin Syah ( Muhibin Syah. 2009:40-43). Brunner lebih menekankan terhadap
proses belajar daripada prestasi belajar. Oleh sebab itu, proses belajar
merupakan factor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan
pemerolehan suatu kemampun khusus. Jarome Brunner seorang ahli psikologi Havard
adalah seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang
dikenal dengan pembelajaran penemuan (inkuiri). (Trianto . 2010: 79).
Inquiry adalah istilah dalam bahasa
Inggris yang merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar
di depan kelas. Guru menggunakan teknik
ini sewaktu mengajar memiliki tujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan
akhirnya siswa aktif mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu (
Roestiyah .1990: 76).
Dalam hubungannya dengan
discovery-inquiry, Robert B menyatakan bahwa discovery adalah proses mental
dimana anak/individu mengasimilasi konsep dan prinsip. Pada inkuiry mengandung
proses-proses mental yang tingkatannya lebih tinggi dari pada discovery. Proses
mental yang terdapat dalam inkuiry adalah meumuskan masalah, membuat hipotesis,
mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,
dan menarik kesimpulan.
Teori Brunner yang selanjutnya
disebut pembelajaran penemuan (inkuiri) ini adalah suatu pengajaran yang menekankan
pentingya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang
dipelajari, perlu belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan
nilai dari berfikir secara induktif dalam belajaar (pembelajaran yang
sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Oleh karena itu guru harus
memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan.
Dengan metode ini anak di dorong
untuk memahami suatu fakta atau hubungan matematika yang belum dia pahami
sebelumnya dan belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang lain.
Menurut Brunner dalam mempelajari matematika seorang anak perlu secara langsung
menggunakan bahan-bahan manipulative. Bahan manipulative merupakan benda
konkrit yang dirancang khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam berusaha
untuk memahami konsep matematika.
Aplikasi ide-ide Brunner dalam
pembelajaran menurut Woolfolk,(1997:320) digambarkan sebagai berikut:
1. Memberikan contoh dan bukan
contoh dari konsep yang dipelajari;
2. Membantu siswa mencari hubungan
antara konsep;
3.Mengajukan
pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya;
4. Mendorong
siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif.
Brunner mengemukakan bahwa dalam
proses belajar, siswa melewati 3(tiga) tahap yaitu:
1). Tahap Enactive
Dalam tahap ini siswa secara
langsung terlibat dalam hal memanipulasi objek atau benda-benda konkrit dalam
belajar.
2). Tahap Iconic
Dalam tahap ini kegiatan yang
dilakukan siswa berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek
yang dimanipulasinya.
3). Tahap Simbolic
Dalam tahap ini siswa memanipulasi
symbol atau lambing-lambang objek tertentu.
Dari hasil pengamatan Brunner
sebagaimana dikutip oleh Asri Budiningsih ( Asri Budiningsih.2005:41-43) ke sekolah-sekolah diperoleh
beberapa kesimpulan yang melahirkan dalil-dalil, diantaranya adalah:
a. Dalil Penyusunan (Kontruksi)
Dalil ini menyatakan bahwa siswa
ingin selalu mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi
dan semacamnya. Untuk meletakkan idea tau definisi tertentu dalam pikiran siswa
harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukannya sendiri. Dengan
demikian konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep
tersebut maka siswa akan lebih memahaminya. Apabila dalam proses penyususnan
dan perumusan ide-ide tersebut disertai dengan benda-benda konkrit maka siswa
akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajarinya itu. Dalam tahapan ini
siswa akan memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan
benda-benda konkrit yang dimanipulasinya. Dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya dalam tahap awal pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas
konkrit yang mengantar siswa pada pengertian konsep.
b. Dalil Notasi
Dalil notasi mengungkapkan bahwa
dalam penyajian konsep notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan
dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mental siswa. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya
beerurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian
seperti ini dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan
spiral setiap ide yang disajikan secara sistematis dengan menggunakan
notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini sederhana, diikuti
notasi berikutnya yang lebih kompleks. Notasi yang terakhir mungkin belum
dikenal sebelumnyaoleh siswa, umumnya merupakan notasi yang akan banyak
digunakan dalam pengembangan konsep matematika selanjutnya.
c. Dalil Pengkontrasan dan
Keanekaragaman
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa
pengkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan
konsep matematika dari konsep konkrit ke konsep yang lebih abstak. Diperlukan
contoh-contoh yang banyak sehingga siswa mengetahui karakteristik konsep
tersebut. Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan atau teorema yang
diberikan. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika kita memberikan conto-contoh
yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema dengan harapan agar siswa tidak
mengalami salah pengertian terhadap konsep yang sedang dipelajarinya. Konsep
yang diterangkan dengan contoh dan bukan contoh adalah salah satu
pengkontrasan. Melalui cara ini siswa akan mudah memahami arti dan
karakteristik yang diberikan terebut. Keanekaragaman juga membantu siswa dalam
memahami konsep yang disajikan.
d. Dalil Pengaitan (Konektivitas)
Dalil ini menyatakan bahwa dalam
matematika antar satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat,
bukan saja dari segi isi namun juga dari segi rumus yang digunakan. Materi yang
satu merupakan prasyarat bagi yang lain atau suatu konsep tertentu diperlukan
untuk menjelaskan konsep lainnya.
Teori belajar Brunner merupakan
pengembangan dari teori Gestalt insightful
learning. Dalam teori Brunner dikatakan untuk mendapatkan pemahaman belajar
dengan menemukan sendiri. Pemahaman peserta didik didapatka secara induktif.
Namun demikian teori juga ada kelemahannya, yaitu memerlukan banyak biaya,
waktu lama dan kepemilikan teori dasar mutlak diperlukan. Untuk mengurangi
kekurangan tersebut ada pengembangan teori ini dengan tetap membangun kerangka
kognitif sendiri tidak dengan induktif tetapi deduktif. Jadi peserta tidak
harus mengalami sendiri
(Junaedi dkk. 2008: paket 2-11).
B.
KERANGKA BERFIKIR
Kebanyakan para siswa berpendapat bahwa matematika itu
pembelajaran yang menjenuhkan, sulit, sukar dan bahkan yang lebih ektrimnya
lagi banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu menyeramkan. Hal itu
merupakan sifat yang wajar mengingat matematika itu sendiri adalah abstrak dan
dalam belajar matematika banyak bermain dengan angka sehingga banyak menguras
otak yang berakibat cepat lelah dan pusing.
Proses
pembelajaran merupakan suatu kontak social antara guru dengan siswa dalam
rangka mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan dan pengajaran (Muhammad Surya.2004 :13). Dalam proses ini bukan hanya guru
yang aktif memberi pelajaran sedang murid secara pasif menerima pelajaran,
melainkan keduanya harus aktif. Karena ketika siswa belajar dengan aktif,
berarti mereka yang mendominasi aktivitas belajar. Dengan ini secara aktif
mereka menggunakan otak, baik untuk ide pokok dari materi yang di pelajari,
memecahkan persoalan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Jika pembelajaran
itu bermakna siswa akan mudah memahami materi tersebut.
Proses
belajar menghendaki prubahan prilaku dalam diri individu siswa sehingga
diperlukan proses pengajaran yang benar-benar terprogram dan tersusun untuk
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru merupakan peran
yang sangat penting. Dalam suatu pembelajaran guru harus menjebatani siswa agar
siswa mudah dalam mengembangkan gagasan-gagasan baru. Gagasan baru ini muncul
jika siswa telah memahami materi yang diberikan oleh guru mereka. Oleh karena
itu, sebagai seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai berbagai strategi
atau model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi.
Penerapan
Teori Brunner diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan atau inovasi yang tepat
dalam pembelajaran di kelas sehingga menjadi lebih hidup, aktif yang berakibat
pada peningkatan pemahaman siswa.
Banyak
sekali terobosan-trobosan yang bisa dilakukan salah satunya dengan penerapan
teori Brunner yang berbasis inkuiri. Teori tersebut mengandung makna bahwa
manusia sebagai pengolah informasi yang diterimanya untuk memperoleh pemahaman.
Dasar dari teori ini adalah secara aktif belajar berinteraksi dengan lingkungan
dan seseorang itu menciptakan sendiri suatu kerangka kognitif bagi dirinya sendiri.
Dalam
hal ini penulis mengambil dua variabel dalam proposal yang berjudul “penerapan
teori Brunner untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep keliling dan
luas daerah bangun datar”. Sebagai
variable X adalah penerapan teri Brunner dalam konsep bangun datar, dan
variable Y adalah meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep keliling dan
luas daerah bangun datar.
C.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan
menerapkan Teori Brunner hasil belajar siswa, pemahaman siswa serta pembelajaran
pada materi bangun datar akan meningkat.
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, yang mempengaruhi proses belajar antara lain pemahaman
dan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran. Maka sebab itu penerapan
teori Brunner yang berbasis inkuiri dalam pelaksanaanya akan memotivasi siswa
dalam belajar karena setiap siswa melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis dalam menguasai materi yang
ditugaskan dan dapat merumuskan sendiri keterangan yang diperoleh. Oleh karena
itu, peneliti melalui penerapan teori Brunner ini menduga akan dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Setting
dan Krakteristik Penelitian
1.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian enerapan Teori Brunner ini dilaksanakan di MTsN Darma Kecamatan
Darma Kabupaten Kuningan.
MTsN
Darma merupakan salah satu sekolah yang memiliki guru yang sebagian besar
adalah sarjana dengan jurusan dan ltar belakang pendidikan yang berbeda-beda
dan memadai tetapi juga terdapat guru dengan kualifikasi D III. Khusus untuk
guru bidang studi matematika lata belakang pendidikannya matematika dari
berbagai universitas atau perguruan tinggi yang dipandang layak untuk
memberikan pengajaran di sekolah tersebut.
Selanjutnya
kurikulum yang digunakan oleh sekolah ini adalah kurikulum KTSP dengan materi
yang disesuaikan dengan kurikulum dengan ada pengembangan yang bersifat local.
Atas dasar tersebutproses pembelajaran dipandang cukup berkembang dan layak
untuk dijadikan tempat penelitian.
Penelitian
dilaksanakan pada awal semester genap. Penelitian ini dilaksanak selama 2 bulan
yaitu dari akhir bulan Agustus sampai akhir Oktober.
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||
Agustus
|
September
|
Oktober
|
||
1
|
Izin Penelitian
|
|
|
|
2
|
Pengenalan Lingkungan
|
|
|
|
3
|
Observasi
Pembelajaran
|
|
|
|
4
|
Tindakan Penelitian
|
|
|
|
2.
Subyek
Penelitian
Seluruh
subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTsN Darma pada tahun ajaran
2011/2012 dengan jumlah keseluruhan 200 siswa untuk kemudian diambil subyek
yang akan di teliti yaitu 40 siswa dengan mengambil satu kelas yang
heterogenitas pemahman dan prestasi akademiknya relative tampak jelas. Hal ini
dilakukan atas dasar saran guru bidang studi matematika.
B.
Prosedur
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan. Yaitu (1)
Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Siklus I:
Perencanaan
1. Semua tim peneliti secara
kolaboratif, mempersiapkan bahan materi diberikan kepada siswa dalam bentuk LKS
(Lembar Kerja Siswa).
2. Menyiapkan pembentukan kelompok yang
heterogen, dan memiliki salah satu siswa sebagai ketua kelompok.
3. Membuat RPP
Tindakan
1. Guru mengajarkan suatu materi dalam
pembelajaran matematika
2. Guru membentuk kelompok-kelompok siswa yang
heterogen yang terdiri atas 4-5 siswa. Siswa memilih salah satu teman sebagai
ketua kelompok.
3. Guru membagikan soal berbasis
penemuan dan setiap kelompok siswa bekerja berdasarkan Teori Brunner, yakni:
(a)guru memberikan contoh konsep (b) Membuat prediksi atau
menafsirkan termasuk menemukan dan menuliskan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu variable tertentu,
(c) Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian (d) Menemukan dan
menuliskan penyelesaian (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya)
4. Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk
menyajikan temuannya di depan kelas.
Pengamatan
Sesuai dengan indikator keberhasilannya, maka fokus
pengamatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengamati terjadinya peningkatan
pemahaman belajar siswa, yang ditandai dengan keberanian siswa bertanya, tak
ada kelompok siswa yang pasif serta tidak ada siswa dalam satu kelompom yang
pasif.
2. Mengamati cara menerapkan Teori
Brunner berbasis penemuan agar diperoleh cara penerapan yang efektif.
3. Mengamati peningkatan hasil belajar
siswa kelas VII MTsN Darma pada pelajaran matematika khususnya dalam pemahaman
konsep.
Refleksi
1. Pada prinsipnya kegiatan refleksi
adalah mengevaluasi semua aktivitas siklus yang sudah berjalan untuk
memperbaiki kegiatan pada siklus berikutnya.
2. Refleksi dilakukan secara kolaboratif
oleh peneliti.
Siklus II
Pada prinsipnya kegiatan pada siklus II sama dengan kegiatan
pada siklus I. Kegiatan pada siklus II merupakan kegiatan perbaikan semua
kekurangan pada siklus I. Perbaikan ini di dasarkan atas kegiatan refleksi pada
siklus I. Materi pada siklus II melanjutkan materi pada siklus I
(berkelanjutan).
Siklus III
Seperti pada siklus II, maka kegiatan pada siklus III sama
dengan kegiatan pada siklus I dan II. Kegiatan pada siklus III merupakan
kegiatan perbaikan semua kekurangan pada siklus II. Perbaikan pada siklus III
ini didasarkan atas kegiatan refkeksi pada siklus II. Materi pada siklus III
melanjutkan materi pada siklus II (berkelanjutan). Di akhir siklus III, kepada
para siswa akan dikenai tes tentang materi yang sudah diberikan.
C. Jenis Penelitian
Dikarenakan penelitian ini diarahkan
pada suatu tindakan di kelas dengan tujuan untuk mencapai peningkatan pemahaman
siswa pada pembelajaran matematika, maka penelitian ini dikategorikan kepada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) deskripsi kuantitatif. Penelitian ini
bercirikan kepada perbaikan terus menerus sampai pada kepuasan peneliti untuk
menjadikan tolak ukur keberhasilan.
Penelitian Tindakan Kelas deskripsi
kuantitatif merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengumpulan data, menganalisis data atau informasi untuk
memutuskan sejauh maana kelebihan dan
kakurangan yang dilakukan.
D. Instrument Penelitian
Sebagaimana yang telah disebutkan
dalam judul proposal penelitian ini yakni “Penerapan Teori Brunner untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep keliling dan luas daerah bangun
datar”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penelitian ini terdiri dari dua
variable yaitu:
1. Variable bebas (X) : Penerapan Teori Brunner
2. Variable terikat (Y) : pemahaman
siswa
Setiap tindakan penelitian, peneliti
menggunakan instrument sebagai alat bantu peneliti dalam memperoleh data yang
akurat. Dalam hal ini peneliti menggunakan angket, observasi, hasil tes dan
wawancara yang melibatkan unsure guru dan siswa.
Hasil wawancara tersebut adalah
catatan-catatan peneliti. Setiap hasil tes dan observasi pemahaman siswa dan
catatan lapangan setiap satu kali siklus dianalisis dan digunakan untuk perbaikan
(refleksi) terhadap tindakan pembelajaran agar tujuan akhir bisa dicapai ecara
optimal.
Berdasarkan cara pelaksanaannya
penelituan ini dikembangkan melalui pengembangan instrument observasi. Dalam
pelaksanaannya peneliti menggunakan pedoman observasi tersebut. Observasi
penelitian mencangkup tiga hal berikut:
a. Observai tindak mengajar yang
dilakukan oleh guru bidang studi
b. Observasi tindak belajar dengan
ukuran pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika
c. Keterangan –keterangan tambahan yang
bisa dijadikan pedoman yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun belajar.
E. Pengolahan Data
1. Kategori dan Validitas Data
Data
penelitian ini adalh dikategorikan pada focus penelitian yaitu pemahaman siswa
pada pembelajaran matematika dengan penerapan Teori Brunner.
Untuk
mendapatkan validitas data digunakan triangulasi yaitu pemanfaatan sesuatu yang
ada di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau pembanding
(Moloeng:1998:178). Dalam penggunaan triangulsi ini dilakukan langkah-langkah
yaitu menggunakan angaket dan observasi dalam memperoleh data dari sumber yang
berbeda, melakukan pengecekan dan analisis ulang dari data yang terkumpul,
untuk pengecekan akhir penelitian mempertimbangkan arahan dari guru mata
pelajaran.
2. Interpretasi Data
Interpretasi
data dilakukn dengan analisis yang dilakukan dari hasil data yang diperoleh.
Data tersebut berupa hasil jawaban siswa pada instrument angket yang dilakukan,
juga data dari tes dan analisis hasil observasi.
Pada
pengolahan data untuk menganalisis aspek Teori Brunner yaitu dengan menghitung
presentase skor total yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Untuk
mendapat dat observasi dilakukan pada saat tindakan dengan pengamatan yang
dilakukan pada saat melakukan diskusi dan presentasi di sat pembelajaran
berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran
dengan criteria masing-masing items berupa empat pilihan dengan urutan skor 4.
Dikarenakan
hasil observasi ini dilakukan oleh dua orang (peneliti dan guru bidang studi)
maka kemudian penghitungannya menggunakan rumus Boich yaitu sebagai berikut:
P1 : penilaian pengamat 1
P2 : penilaian pengamat 2
Hasil
interpretasi data terebut selnjutnya digunakan untuk mendapatkan informasi dan
pelaksanaan tindakan selanjutnya
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan
data dilakukn melalui proses sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah yang dilakukan
melalui orientasi dan observasi awal
b. Pelaksanaan, analisis dan refleksi
terhadap tindakanpembelajaran pada siklus I, II dan III
c. Observasi aktivitas guru dan
partisipasi siswa selama proses tindakan pembelajaran
d. Evaluasi yng dilakukan dengan
berdasarkan pada refleksi di akhir setiap siklus
e. Wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika pada saat sebelum dan sesudah pelaksanan tindakan pmbelajran.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih,
Asri. 2005. Belajar dan pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran
Cet.ke-7. Jakarta:Bumi Aksara.
Junaedi
dkk. 2008. Strategi Pembelajaran.
Surabaya: LAPIS-PGMI.
Roestiyah .1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Surya,
Muhammad.2004.Psikologi Belajar dan
Pengajaran.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Syah,
Muhibin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta :Rajawali Press.
Trianto
. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta : Bumi Aksara.
1 comments:
Merkur 37C Safety Razor Review – Merkur 37C
The Merkur 37c is an excellent short handled DE safety razor. goyangfc.com It deccasino is more suitable 출장샵 for both heavy and non-slip hands and หารายได้เสริม is therefore a great option for 바카라 사이트 experienced
Post a Comment